Minggu, 06 Januari 2013

Resensi Novel Perahu Kertas Dewi Lestari


Judul Buku                             :    Perahu Kertas                      
Penulis                                     :    Dewi Lestari (Dee)
Editor                                      :    Hermawan Aksan
Tanggal Terbit                       :    Agustus 2009
Penerbit                                  :    Bentang Pustaka
Tebal                                                  :    444 Halaman, 20 cm
ISBN                                       :    978-979-1227-78-0

 

            Kisah dalam novel ini dimulai dengan seorang remaja pria yang baru lulus SMA, yang selama enam tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya, pria itu bernama Keenan. Keenan memiliki bakat melukis yang sangat hebat, dan ia tidak punya cita-cita lain selain menjadi pelukis, tetapi ayahnya memaksa ia meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Keenan diterima berkuliah di Bandung, Fakultas Ekonomi.

            Adapun Kugy si cewek unik yang cenderung eksentrik, ia juga akan berkuliah di universitas yang sama dengan Keenan. Sejak kecil Kugy sangat menyukai dongeng. Ia mempunyai banyak koleksi dongeng dan punya taman bacaan, ia juga sangat senang menulis dongeng. Cita-cita terbesarnya hanya ingin menjadi juru dongeng. Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
            Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan, sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka semua pindah dari Jakarta, lalu berkuliah di universitas yang sama di Bandung. Mereka berempat akhirnya bersahabat karib. Lambat laun, Kugy dan Keenan saling mengagumi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu tidak memungkinkan karena Kugy sudah punya kekasih bernama Joshua, alias Ojos. Sementara Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang kurator muda bernama Wanda.
            Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang berjudul Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menulis kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia berikan pada Keenan. Kedekatan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah. Keenan disadarkan dengan cara yang mengejutkan bahwa impian yang selama ini ia bangun harus kandas dalam semalam. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung, dan juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
            Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan kisah-kisah Jenderal Pilik dan Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
            Kugy, yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung, menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remi, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Kugy meniti karier dengan cara tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba spontan membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu. Namun Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan akhirnya Remi mulai jatuh hati, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
            Karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain. Pertemuan antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan lagi. Empat sekawan ini bertemu lagi namun dengan kondisi yang sudah berbeda. Kembali hati mereka diuji. Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
            Kekurangan yang saya lihat dari novel Perahu Kertas ini adalah ceritanya yang mudah di tebak untuk jalan cerita selanjutnya.
            Kelebihan dari novel Perahu Kertas adalah bahasa penulisannya yang komunikatif sehingga mudah dimengerti, ceritanya yang tidak membosankan, pesan persahabatan yang disampaikan baik, dan segala pesan moral yang disampaikan sangat baik bagi pembacanya.
Nama : Maria Ancela
NPM : 24210204
Kelas : 3EB01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar