BAHASA BALI
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
Sejarah perkembangan bahasa dan aksara Bali melalui proses yang cukup panjang dan dipengaruhi juga oleh bahasa lain. Penelitian yang pernah dilakukan memberikan dugaan kuat aksara Bali berkembang dari huruf Pallawa yang dikenal dengan nama huruf Bali Kuno. Huruf ini berkembang pada sekitar abad ke-9 sampai abad ke-10 dan terus mengalir sampai kini. Sistem yang digunakan yakni sistem silabik. Artinya, satu tanda mewakili satu suku kata yang diambil dari huruf awal suku kata yang diambil dari huruf awal suku kata dimaksud. Tiap suku kata dibentuk dari satu konsonan dan satu vokal.
Perkembangan Bahasa Bali
Dr. Rudolf Gorris menemukan bahwa bahasa Bali Kuna dominan digunakan dalam prasasti-prasasti periode awal zaman Bali Kuna. Sedikitnya ada 33 prasasti yang menggunakan bahasa Bali Kuna. Setelah masa pemerintahan Raja Udayana Gunapriyadharmapatni (989-1011) mulailah digunakan bahasa dan aksara Jawa Kuna. Tatkala masuk pengaruh Majapahit, bahasa Kawi-Bali pun mulai digunakan, terutama di naskah-naskah lontar.
Karena itulah, perkembangan bahasa Bali sendiri dibagi dalam tiga babakan. Pertama, bahasa Bali Kuno yang sering juga disebut dengan nama bahasa Bali Mula, kedua, bahasa Bali Tengahan atau sering disebut Kawi-Bali dan ketiga, bahasa Bali Kapara atau bahasa Bali modern yang diwarisi hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar